Kamis, 21 Februari 2013

My Lovely Jakarta

“JAKARTA ASET INDONESIA”
Oleh: Ahmad Mufid

Ada gula ada semut[1], mungkin pribahasa itu yang pantas kita ucapkan untuk kota Megapolitan  Jakarta. Sebuah pribahasa biasa yang menyimpan makna luar biasa bagi Jakarta. Pribahasa yang pantas diberikan untuk kota Jakarta,  karena memiliki makna yang cukup luas dan sangat berarti bagi kota Jakarta sebagai ibukota Negara kita Indonesia tercinta.
Pribahasa yang tak asing ditelinga kita dan menyimpan makna yang begitu berharga bagi Jakarta dan masyarakatnya. Bagaimana tidak, Jakarta sebagai kota yang dipandang indah dan mewah ketika ditayangkan di Televisi dan begitu menarik perhatian, ternyata menyimpan banyak hal yang belum terungkap mulai dari sisi ekonomi, politik, dan budaya. Hal tersebut sebagai satu contoh penyebab ledakan penduduk di daerah padat seperti Jakarta yang  memiliki nilai plus tersendiri serta nilai minus bagi Jakarta.
Ditempat yang ada rizki pasti dikerumuni banyak orang, sebuah makna yang mendalam karena pribahasa itu mengibaratkan bahwa Jakarta adalah sebagai pusat rizki. Dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang dari waktu ke waktu semakin bertambah, maka peringkat Jakarta sebagai kota metropolitan menjadi kota megapolitan adalah peringkat yang sangat baik yang patut kita banggakan. Hal itu adalah nilai plus yang dapat ditonjolkan oleh warga Jakarta bahwa Jakarta adalah kota Duit, karena Jakarta dianggap sebagai kota yang menjanjikan bagi masyarakat Indonesia dalam hal ekonomi. Sehingga tidak sedikit masyarakat Indonesia dari banyak penjuru rela meninggalkan keluarga serta tempat tinggalnya demi kelangsungan hidupnya, baik untuk menimba ilmu atau mencari nafkah. Selain itu Jakarta juga menyimpan sejuta misteri negatif yang tidak luput dari dampak banyaknya penduduk yang semakin hari semakin bertambah. Seperti banyak anak jalanan yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak, pengamen, glandangan, dan bahkan pencopet. Semua itu terjadi karena faktor ekonomi, sehingga Jakarta juga dianggap sebagai kota yang sangat keras.            
Pentingnya masa depan bagi kehidupan seseorang mau tidak mau memaksanya untuk memahami apa yang terjadi di masa lampau, sehingga dapat berfikir progress terhadap sesuatu yang akan menjadi kebutuhan hidupnya[2]. Dengan fikiran seperti itu, tentu tidak begitu saja menyia – nyiakan waktunya hanya untuk berdiam diri dan membayangkan rizki datang didepan mata tanpa suatu usaha. Salah satu contoh yang dilakukan masyarakat Indonesia adalah urbanisasi atau bahkan transmigrasi. Hal ini dilakukan karena masyarakat di daerah yang kurang terjamah oleh pemerintahan merasa bahwa desa memiliki banyak kekurangan, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan lapangan kerja.
Berbicara tentang urbanisasi, sebenarnya tidak dapat kita lepaskan dari masalah kependudukan. Sebagaimana diketahui bahwa hubungan yang erat antara pertumbuhan penduduk yang cepat dengan masalah urbanisasi dan sebagai salah satu usaha sebagian besar masyarakat desa untuk menanggulangi kekurangan – kekurangan yang dirasakan oleh masyarakat desa. Seperti kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya fasilitas pendidikan, dan sarana prasarana yang kurang memadai serta banyak faktor lain yang menyebabkan seseorang untuk melakukan urbanisasi. Sehingga urbanisasi sebagai suatu gejala sosial tidak berdiri sendiri, tetapi erat pula hubungannya dengan aspek – aspek lainnya misalnya bidang ekonomi, pendidikan, industrialisasi, transportasi, dan komunikasi[3].
Urbanisasi mengalami peningkatan pascahari raya idul fitri dan hari libur masa ajaran baru. Peningkatan ini disebabkan faktor kegagalan pemerintah pusat dalam mengembangkan giat produksi di daerah asal para pendatang. Sehingga pada hari raya idul fitri, masyarakat perantauan Jakarta yang mudik pada hari raya kemudian balik ke Jakarta dan membawa keluarga atau  bahkan tetangga yang belum mendapatkan  pekerjaan dengan tujuan untuk mencarikan pekerjaan di Jakarta. Begitu pula remaja – remaja yang baru lulus SMA pun tak mau ketinggalan untuk mengikuti jejak keluarganya.  Sehingga Jakarta sebagai kota pertama tujuan perantauan masyarakat pengangguran, mengalami ledakan penduduk sangat besar. Sehingga dampak negatif yang dihasilkan pun juga sangat banyak.
Dampak negatif akibat urbanisasi yang mengalami ledakan penduduk dapat dikatakan sangat besar bagi kota yang menjadi tujuan urbanisasi atau desa yang ditinggalkan. Contoh saja, terjadinya akulturasi budaya yang terkadang membawa perbedaan antara masyarakat kota dengan desa. Sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik masyarakat yang timbul akibat perbedaan budaya kota yang sudah diserap oleh masyarakat yang melakukan urbanisasi dengan masyarakat yang menetap di desanya. Populasi penduduk di desa semakin berkurang, selain itu persebaran penduduk di pulau – pulau yang belum banyak penghuninya pun persebarannya tidak merata. Hal ini tentu bertentangan dengan ledakan penduduk yang dialami kota besar seperti Jakarta, sehingga tidak ada keseimbangan persebaran penduduk di Indonesia.
Berbicara tentang ledakan penduduk di Indonesia, fikiran kita tidak dapat terlepas dari Jakarta. Karena Jakarta adalah contoh yang sangat pas untuk membahas permasalahan ledakan penduduk. ledakan penduduk hingga saat ini masih belum dapat terpecahkan dikota Jakarta, semua ini dampak urbanisasi.  
Selain itu, masalah lain yang mengintip adalah dalam hal kesehatan. Penambahan penduduk yang cepat menyebabkan tingkat kepadatan penduduk menjadi tinggi. Kita telah mengetahui bahwa manusia memiliki berbagai kebutuhan. Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan makanan, tempat tinggal, lahan, air bersih, dan udara bersih, serta kebutuhan sosial ekonomi. Dalam hal ini Kesehatan adalah nomor satu, karena jika kita tidak sehat maka, kita juga tidak dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi kita. Namun Kesehatan sangat  terganggu dan wajar kita terima sebagai dampak urbanisasi seperti di Jakarta.
Kesehatan terasa sangat mahal ketika kita berada di lingkungan yang padat penduduk, karena padat penduduk membuat pernafasan kita terganggu, serta kekurangan air bersih. Padahal setiap manusia membutuhkan udara bersih untuk pernafasan dan air bersih untuk kebutuhan hidup. Manusia memperoleh oksigen yang dibutuhkan melalui udara bersih. Udara bersih berarti udara yang tidak tercemar, sehingga udara terjaga dengan baik dan air sebagai kebutuhan sehari – hari. Dengan udara dan air yang  bersih maka kesehatan kita pun terjamin sehat. Namun, jika kita mau menelusuri di Kolong Jembatan ibukota, banyak rumah kumuh yang berdiri reyot serta lingkungan yang kotor yang sangat tidak mendukung kehidupan serta kesehatan kita. Miris rasanya jika semua itu tidak segera teratasi.
Manusia sebagai mahkluk hidup  membutuhan makanan.Dengan bertambahnya jumlah  populasi manusia disuatu daerah, maka  jumlah kebutuhan makanan yang diperlukan juga semakin banyak. Bila hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan  produksi  pangan, maka dapat terjadi kekurangan makanan. Akan tetapi laju pertambahan penduduk cenderung lebih cepat sehingga sangat sulit untuk menyeimbangkan kebutuhan antara manusia dengan kebutuhan hidupnya. Contoh saja di Jakarta, banyak anak jalanan yang belum tentu mendapatkan makanan yang layak, hingga terjadi gizi buruk, semua itu disebabkan karena ledakan penduduk.
Dari beberapa dampak yang terlihat dan dapat kita rasakan, tentu kita dapat berfikir sebab – sebab terjadinya semua itu dan solusi yang harus dapat kita pecahkan. Strategi yang harus kita lakukan pertama adalah mengetahui akar permasalahan dan faktor yang mendorong terjadinya urbaniasi. Kita tau bahwa urbanisasi sebagian besar terjadi karena kekurangan ekonomi masyarakat, kurangnya sarana prasarana, fasilitas pendidikan dan yang paling utama adalah kurangnya lapangan pekerjaan[4]. Semua itu mendorong masyarakat untuk melakukan urbanisasi hingga akhirnya terjadi ledakan penduduk yang sulit terkontrol.
Kedua, melalui langkah preventif yaitu mencegah penduduk desa untuk tidak melakukan urbanisasi. Sebagai antisipasi agar penduduk desa mau melakukan itu adalah tergantung pada upaya pemerintah untuk mewujudkan lapangan kerja yang layak untuk penduduk desa, agar penduduk desa mampu menghasilkan ekonomi yang lebih baik dan mampu mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa harus melakukan urbanisasi ke kota – kota besar yang memicu ledakan penduduk.
Langkah preventif selanjutnya dapat dilakukan dengan memperbaiki atau bahkan meningkatkan fasilitas pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan sarana prasarana di desa agar penduduk desa merasa betah dan tidak ingin pindah ke kota. Tidak hanya itu, Pemecahan secara otoritatif  perlu kita lakukan terhadap Penduduk urbanisasi yang sudah terlanjur tinggal di kota dan tidak mendapatkan pekerjaan seharusnya dikembalikan ke daerah asalnya agar keadaan di kota tidak semakin padat.
Program keluarga berencana juga harus dapat diterapkan secara baik, karena dalam salah satu faktor pertumbuhan penduduk juga disebabkan tingginya angka kelahiran. Oleh sebab itu, penerapan Keluarga berencana perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Agar mereka tau bahwa dua anak sudah cukup untuk membentuk sebuah keluarga yang bahagia.
Pemerintah juga seharusnya memberikan modal kepada masyarakat yang membutuhkan, terutama masyarakat desa yang berinisiatif untuk melakukan urbanisasi sebagai modal usaha produktif penduduk agar dapat berkembang dan mengurungkan niatnya untuk urbanisasi. Dengan jalan transmigrasi, penduduk dapat berkembang dengan usaha yang diberikan pemerintah, dan persebaran penduduk antara pulau satu dengan pulau yang lainnya dapat merata[5].
Semua usaha dan strategi itu yang harus dapat kita lakukan agar penduduk yang sudah terlanjur urbanisasi mau kembali ke daerah asalnya dan penduduk yang berinisiatif untuk melakukan urbanisasi dapat berifikir ulang. Karena saya yaqin, jika sarana dan prasana serta perlengkapan dan ekonomi penduduk desa sudah tercukupi, mereka pasti mengurungkan niatnya untuk urbanisasi. Maka, kota – kota besar seperti Jakarta tidak akan terjadi ledakan penduduk. Karena persebaran penduduk antara pulau satu dengan yang lainnya dapat sebanding. Kemudian penduduk yang mempunyai niat urbanisasi, akan tetap menetap di daerah asalnya. Dengan strategi – strategi itu, diharapkan semua dampak ledakkan penduduk akibat urbanisasi dapat teratasi. Terutama di Ibukota yang dari tahun ke tahun semakin bertambah, dan dengan bertambahnya pendatang yang mau menghuni ibukota, maka bertambah pula angka penderitaan. Oleh sebab itu, mari kita terapkan strategi untuk merubah Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya agar menjadi Lebih baik.[6]


Daftar Pustaka
1.       sarikata Bhs. Indonesia/1994
2.       www.tegalboto.org/E.103
3.       wikipedia.com
4.       Dipit89’s blog
5.       ratih septi’s blog
6.       Nasional visioner’s book


[1] sarikata Bhs. Indonesia/1994
[2] www.tegalboto.org/E.103
[3] wikipedia.com
[4] Dipit89’s blog
[5] ratih septi’s blog
[6] Nasional visioner’s book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar