Rabu, 04 April 2012

Mufid's Experience


EXPERIENCE IS THE BEST TEACHER

Where there is a will, there is a way. Kalimat itu yang mengawali tulisanku, dimana ada kemauan, maka disitu akan ada jalan. Ya, setiap manusia pasti memiliki kesempatan untuk bertbuat lebih baik dalam mengarungi perjalanan hidupnya. Begitu pula aku, orang yang biasa – biasa saja, namun memiliki kemauan dan tekad untuk berbuat dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.
Aku, Ahmad Mufid, berasal dari Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Sebuah desa yang tidak begitu kecil dan tidak begitu besar. Sejak kecil, aku hidup di Lingkungan Pesantren, lebih tepatnya Pondok pesantren Roudlotul Muta’abbidin, salah satu Pesantren yang ada di Desaku. Disisi lain, aku sebagai santri biasa, tetap memiliki cita – cita yang kuat untuk dapat melanjutkan belajar setelah aku lulus di Madrasah Aliyah Roudlotul Muta’abbidin, sebuah Madrasah setingkat SMA yang berada di Pesantren tersebut.
Di akhir masa – masa kelas XII, aku direkomendasikan untuk mengikuti Try Out di Pondok Pesantren Ihyaul’ulum Dukun, kabupaten Gresik. SubhanaAllah, ternyata yang mengikuti Try out lumayan banyak, maklum dari 5 Kabupaten. Try out ini bertujuan untuk penyaringan siswa yang memiliki potensi untuk mengikuti Pesantren Kilat yang diselenggarakan Lembaga Mata Air jakarta. Dari sekian banyak siswa yang mengikuti Try out, hanya sekitar 60 siswa yang nantinya akan mendapatkan hak untuk mengikuti Pesantren Kilat di Pondok Pesantren Ihyaul’ulum Dukun, Gresik. Setelah lama menunggu hasil Try Out, hingga semua Ujian – ujian kelas akhir selesai. Pengumuman yang dinantikan akhirnya tiba, dan Alhamdulillah aku lolos masuk dari penyisihan itu. Hingga aku berhak mengikuti Pesantren Kilat. Padahal, rasa minder dan kurang percaya diri itu ada. Bagaimana tidak, Try Out itu didominasi dari sekolah – sekolah bagus bahkan Negeri, sedangkan aku dari Swasta yang berasal dari Desa, sehingga rasa minder itu ada. Ditambah lagi ketika Try Out berlangsung, kartu Try Out yang sebelumnya sebagai tanda bukti pendaftaran milikku tiba – tiba tidak ada. Rasa takut dan nerveous campur aduk jadi satu. Tapi Alhamdulillah, akhirnya semua dapat berjalan dengan lancar setelah pihak panitia tetap memberikan izin untuk ikut Try out. Namun, yang benar – benar diluar dugaan adalah aku berhasil masuk penyisihan untuk mengikuti pesantren kilat.
Awalnya aku benar – benar tidak mengetahui seluk beluk tentang pesantren kilat, aku hanya mengira bahwa pesantren kilat adalah sebuah kegiatan yang diselenggarakan hanya beberapa hari seperti Diklat – Diklat pada umumnya. Ternyata aku salah, setelah aku cari tahu tentang pesantren kilat kepada guruku yang mendaftarkanku. Pesantren kilat adalah sebuah wadah yang diselenggarakan oleh lembaga mata Air, dimana siswa – siswa yang berhak mengikutinya akan mendapatkan bimbingan khusus untuk mempersiapkan Ujian Tulis persiapan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau biasa disebut dengan SNMPTN UTUL. Akhir bulan April, aku mulai memasuki babak baru, siswa – siswa yang berhak mengikuti Pesantren Kilat sudah harus bermukim di Pondok Pesantren Ihyaul’ulum Dukun, Gresik selama sebulan. Terhitung kira – kira mulai tanggal 25 April Hingga 25 mei 2011. Sungguh, bulan yang begitu indah namun juga menyedihkan. Bagaimana tidak, disaat teman – teman sebaya menikmati liburan setelah Ujian, siswa – siswa yang terpilih harus mengikuti karantina dan kembali menimba ilmu. Namun, segala sesuatu yang baik itu memang harus diawali dengan pengorbanan, sehingga setelahnya akan mendapatkan hasil yang tidak mengecewakan.
Pesantren kilat atau biasa disebut dengan SANLAT memberikan warna baru dalam hidupku. Aku yang awalnya kurang percaya diri terhadap diri sendiri akhirnya sedikit demi sedikit dapat berkembang menjadi pribadi yang percaya diri. Sifat manja dan malas belajar juga sudah mulai hilang. Perkembangan sudah mulai kurasakan selama aku dikarantina. Di Pesantren kilat aku juga menemukan banyak hal yang luar biasa, mulai dari teman – teman yang jenius hingga guru –guru yang menjadi panitia yang Luar biasa.
Pesantren Kilat banyak membantuku dalam menterjemah ilmu – ilmu yang belum pernah kufahami sebelumnya. Disana aku dan teman – teman mendapatkan banyak pengajaran serta bimbingan intensive. Kami juga mendapatkan fasilitas yang luar biasa, seperti makan tiga kali, snack tiap hari, buku, modul, bahkan bantal untuk tidur. Tidak tanggung – tanggung, pihak Panitia juga rela mendatangkan Lembaga bimbingan belajar resmi, sehingga aku dan teman – teman benar – benar mendalami materi yang berhubungan dengan Mata pelajaran yang diujikan nantinya. Kegiatan yang kita lakukan sesuai dengan kegiatan santri pada umumnya, bimbingan 2X sehari, tiap pagi hingga siang dan pada Sore hari. Kemudian malam diisi dengan pengajian kitab serta belajar bersama. Semua itu dilakukan Panitia agar peserta Pesantren Kilat mau serius dalam belajar dan sukses dalam SNMPTN.
Semasa aku karantina di Pesantren Kilat, aku sudah mendaftar jalur undangan terlebih dahulu serta menunggu hasil Ujian Nasional. Dan hasil Pengumuman jalur SNMPTN Undangan diumumkan sekitar Pertengahan bulan Mei, aku mendapat kabar dari Wakasis bahwa, aku tidak lolos dalam seleksi Nasional dan Lulus dalam Ujian Nasional. Aku merasa sangat sedih dan semangatku mulai rapuh ketika mendengar bahwa aku tidak masuk Seleksi jalur Undangan, tapi aku tetap merasa senang karena aku Lulus dalam Ujian nasional. Aku sadar, ketika pendaftaran jalur Undangan, dalam pemilihan Universitas dan Jurusan, sifat egoysku tinggi sekali. Bagaimana tidak, aku memilih kampus Negeri yang Gradenya tinggi dengan Jurusan yang Tinggi Pula. Memang berbagai pilihan sudah aku pertimbangkan, konsultasi ke guru pembimbing juga sudah aku lakukan. Namun meskipun Guruku sudah memberikan Opsi yang terbaik buatku, tapi aku kurang tertarik, maka aku tetap kokoh pada pilihan dan pendirian awalku. Hingga akhirnya, aku tidak berhasil masuk seleksi.
Semasa aku di pesantren kilat, aku juga mengikuti Tes Beasiswa santri Departemen Agama rekomendasi dari Pondokku, namun lagi – lagi aku tidak berhasil masuk. Aku juga sadar, harapanku untuk berhasil masuk seleksi ini sangat minim. Tapi, Tes ini aku buat sebagai refrensi dan latihan untuk persiapan mengikuti seleksi ujian tulis nasional serta pengalaman yang luar biasa.
            Berbagai usaha aku lakukan untuk dapat menggapai apa yang ku inginkan yaitu dapat melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Kala itu aku sangat bermimpi bisa kuliah di Universitas Indonesia. Mulai dari Jalur undangan aku sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi Nasional di kampus tersebut, namun tidak berhasil.
Dari Pesantren Kilat aku kembali bangkit dari kerapuhan karena harapan untuk dapat kuliah mulai pupus. Aku sangat shock ketika jalur undangan menyatakan bahwa aku tidak lolos seleksi. Namun, semangatku ternyata masih menyala. Aku mengikuti seleksi Ujian Tulis SNMPTN, tapi aku tidak lagi egoys dengan pilihanku. Kali ini Guru pembimbing yang memilihkanku kampus serta Jurusan, dibantu dengan panitia Pesantren Kilat. Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi padaku, seandainya aku tidak berhasil masuk Pesantren kilat kala itu. Persiapan apa yang akan aku gunakan untuk melakukan ujian tulis, sementara kemampuanku terbatas serta sifat malasku yang tidak terampuni. Tapi Alhamdulillah, Pesantren Kilat membekaliku dengan ilmu – ilmu dan materi yang pernah ku kaji dengan teman – teman semasa disana, hingga kami dapat mengerjakan soal – soal tes ujian dengan lancar. Dan semua ini juga karena Ridlo Allah SWT.
Disisi lain, Jiwa orang tua dari panitia pesantren kilat juga sangat tinggi. Mereka rela mengantarkan kami sampai selesai melaksanakan ujian tulis. Hal itu yang membuat aku dan teman – teman lebih percaya diri. Mereka rela meninggalkan kegiatan lainnya hanya untuk mengantarkan kami ke Lokasi Ujian. Pengorbanan yang luar biasa dari Pihak panitia.
Ditengah – tengah masa penantian pengumuman hasil seleksi jalur tulis. Aku mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi masuk UI atau biasa disebut SIMAK UI yang pada dasarnaya tidak berbeasiswa. Hal ini aku lakukan karena aku benar – benar ingin kuliah. Selain itu, aku juga tidak yaqin bisa masuk seleksi Nasional ujian tulis, sehingga aku memberanikan diri untuk daftar masuk UI, meskipun dari pihak keluarga secara ekonomi kurang mampu, namun aku selalu mendapatkan motivasi dari guruku untuk tetap berusaha dan berdo’a. Hingga aku memutuskan untuk bertekad mengikuti seleksi mandiri dengan menghiraukan segala kemungkinan yang akan terjadi, sampai aku mendapatkan nomor Tes. Namun, Allah berkehendak lain. 3 Hari sebelum aku Berangkat tes seleksi Masuk UI,  ternyata aku diterima jalur ujian Tulis. Hal yang sebelumnya tidak pernah ku bayangkan. Aku masuk di Universitas pilihan Guruku, lebih tepatnya Universitas Jember Program Study Televisi dan Film. Aku merasa sangat senang bercampur dengan perasaan Gundah. Disisi lain, aku ingin kuliah di Universitas Impian, disisi lain aku juga sudah masuk di Salah satu Universitas Negeri di Jawa Timur. Benar – benar diluar dugaan. Dari sini aku yaqin, apa yang diRidloi orang tua, maka akan diRidloi oleh Allah Pula. Karena, setelah aku mendapatkan informasi bahwa aku diterima di Universitas Jember, Orang Tuaku merasa sangat senang, begitu pula ketika aku tidak diterima jalur undangan, orang tuaku juga merasa sangat senang. Dan ternyata, orang Tuaku tidak mau jika aku kuliah yang jauh dari Kota kelahiran. Dari sini aku benar – benar dapat merasakan Ridlollahu fi Ridlol Walidaini.
Berbagai usaha aku lakukan untuk dapat melanjutkan belajar, hingga usaha yang aku lakukan itu berada dipuncak kejenuhan, membuat aku semakin rapuh dan bingung terhadap apa yang dapat aku lakukan untuk bisa melanjutkan belajar. Tapi, alhamdulillah rencana Allah pasti lebih Indah dan Allah memberikan apa yang kita butuhkan tapi belum tentu memberikan apa yang kita inginkan. Kalimat itu yang mengiringiku ketika aku tidak diterima jalur Undangan. Dan benar adanya, ketika aku diterima di Universitas Jember, aku sadar bahwa jurusan itu yang benar – benar aku butuhkan dan itu memang rencana Allah yang benar – benar indah untukku dan mendapatkan Ridlo dari orang Tuaku.
Saat ini aku sudah menjadi mahasiswa semester 2, sebuah mimpi yang terrealisasikan. Aku sangat berharap kelak aku dapat menyelesaikan dengan masa study 3,5 tahun dengan nilai IPK tertinggi dan predikat lulus Tercepat. Semua mimpi dan cita – cita itu aku yakin dapat ku realisasikan sebagaimana mimpiku untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Universitas Jember, tepatnya Fakultas Sastra Program Study Televisi dan Film. Sebuah Jurusan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, hanya saja aku pernah menulis di buku memory Pesantren Kilat bahwa cita – citaku menjadi seorang Sutradara. Saat itu aku menulis cita – cita itu tanpa adanya keinginan yang nyata, namun keluar dari hati yang paling dalam. Dan ternyata cita – cita yang dulu ku tulis itu, menjadi sebuah realita dan terbungkus dala wadah sebuah jurusan televisi dan Film yang tidak jauh dari sisi Sutradara. Semua ini karena Ridlo Orang tua sehingga Allah Juga meridloi apa yang aku lakukan.
Satu hal, Rencana Allah Pasti Lebih Indah karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan tapi Allah belum tentu memberikan apa yang kita inginkan.
Ku ucapkan Trimakasih kepada Orang Tuaku yang telah membimbingku sedari kecil hingga detik ini, kepada seluruh Bapak Ibu Guru yang pernah mengajarkanku pendidikan dan pengetahuan baik formal maupun non formal, kepada Pondok Pesantren Roudlotul Muta’abbidin Payaman Lamongan, Pondok Pesantren Ihya’ulummudin Dukun, Gresik, kepada Lembaga Mata Air Jakarta, kepada Gus Mus, serta panitia – panitia Pesantren Kilat khususnya cabang Gresik, tak lupa teman – temanku seperjuangan.