EXPERIENCE IS THE BEST TEACHER
Where there is a will, there is a way. Kalimat itu yang mengawali
tulisanku, dimana ada kemauan, maka disitu akan ada jalan. Ya, setiap manusia
pasti memiliki kesempatan untuk bertbuat lebih baik dalam mengarungi perjalanan
hidupnya. Begitu pula aku, orang yang biasa – biasa saja, namun memiliki kemauan
dan tekad untuk berbuat dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.
Aku, Ahmad Mufid, berasal dari Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten
Lamongan Jawa Timur. Sebuah desa yang tidak begitu kecil dan tidak begitu
besar. Sejak kecil, aku hidup di Lingkungan Pesantren, lebih tepatnya Pondok
pesantren Roudlotul Muta’abbidin, salah satu Pesantren yang ada di Desaku.
Disisi lain, aku sebagai santri biasa, tetap memiliki cita – cita yang kuat
untuk dapat melanjutkan belajar setelah aku lulus di Madrasah Aliyah Roudlotul
Muta’abbidin, sebuah Madrasah setingkat SMA yang berada di Pesantren tersebut.
Di akhir masa – masa kelas XII, aku direkomendasikan untuk mengikuti Try
Out di Pondok Pesantren Ihyaul’ulum Dukun, kabupaten Gresik. SubhanaAllah,
ternyata yang mengikuti Try out lumayan banyak, maklum dari 5 Kabupaten. Try
out ini bertujuan untuk penyaringan siswa yang memiliki potensi untuk mengikuti
Pesantren Kilat yang diselenggarakan Lembaga Mata Air jakarta. Dari sekian
banyak siswa yang mengikuti Try out, hanya sekitar 60 siswa yang nantinya akan mendapatkan
hak untuk mengikuti Pesantren Kilat di Pondok Pesantren Ihyaul’ulum Dukun,
Gresik. Setelah lama menunggu hasil Try Out, hingga semua Ujian – ujian kelas
akhir selesai. Pengumuman yang dinantikan akhirnya tiba, dan Alhamdulillah aku
lolos masuk dari penyisihan itu. Hingga aku berhak mengikuti Pesantren Kilat.
Padahal, rasa minder dan kurang percaya diri itu ada. Bagaimana tidak, Try Out
itu didominasi dari sekolah – sekolah bagus bahkan Negeri, sedangkan aku dari
Swasta yang berasal dari Desa, sehingga rasa minder itu ada. Ditambah lagi
ketika Try Out berlangsung, kartu Try Out yang sebelumnya sebagai tanda bukti
pendaftaran milikku tiba – tiba tidak ada. Rasa takut dan nerveous campur aduk jadi satu. Tapi Alhamdulillah, akhirnya semua
dapat berjalan dengan lancar setelah pihak panitia tetap memberikan izin untuk
ikut Try out. Namun, yang benar – benar diluar dugaan adalah aku berhasil masuk
penyisihan untuk mengikuti pesantren kilat.
Awalnya aku benar – benar tidak mengetahui seluk beluk tentang pesantren
kilat, aku hanya mengira bahwa pesantren kilat adalah sebuah kegiatan yang
diselenggarakan hanya beberapa hari seperti Diklat – Diklat pada umumnya.
Ternyata aku salah, setelah aku cari tahu tentang pesantren kilat kepada guruku
yang mendaftarkanku. Pesantren kilat adalah sebuah wadah yang diselenggarakan
oleh lembaga mata Air, dimana siswa – siswa yang berhak mengikutinya akan
mendapatkan bimbingan khusus untuk mempersiapkan Ujian Tulis persiapan Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau biasa disebut dengan SNMPTN UTUL. Akhir
bulan April, aku mulai memasuki babak baru, siswa – siswa yang berhak mengikuti
Pesantren Kilat sudah harus bermukim di Pondok Pesantren Ihyaul’ulum Dukun,
Gresik selama sebulan. Terhitung kira – kira mulai tanggal 25 April Hingga 25
mei 2011. Sungguh, bulan yang begitu indah namun juga menyedihkan. Bagaimana
tidak, disaat teman – teman sebaya menikmati liburan setelah Ujian, siswa –
siswa yang terpilih harus mengikuti karantina dan kembali menimba ilmu. Namun,
segala sesuatu yang baik itu memang harus diawali dengan pengorbanan, sehingga
setelahnya akan mendapatkan hasil yang tidak mengecewakan.
Pesantren kilat atau biasa disebut dengan SANLAT memberikan warna baru
dalam hidupku. Aku yang awalnya kurang percaya diri terhadap diri sendiri
akhirnya sedikit demi sedikit dapat berkembang menjadi pribadi yang percaya
diri. Sifat manja dan malas belajar juga sudah mulai hilang. Perkembangan sudah
mulai kurasakan selama aku dikarantina. Di Pesantren kilat aku juga menemukan
banyak hal yang luar biasa, mulai dari teman – teman yang jenius hingga guru
–guru yang menjadi panitia yang Luar biasa.
Pesantren Kilat banyak membantuku dalam menterjemah ilmu – ilmu yang
belum pernah kufahami sebelumnya. Disana aku dan teman – teman mendapatkan
banyak pengajaran serta bimbingan intensive. Kami juga mendapatkan fasilitas
yang luar biasa, seperti makan tiga kali, snack tiap hari, buku, modul, bahkan
bantal untuk tidur. Tidak tanggung – tanggung, pihak Panitia juga rela
mendatangkan Lembaga bimbingan belajar resmi, sehingga aku dan teman – teman
benar – benar mendalami materi yang berhubungan dengan Mata pelajaran yang
diujikan nantinya. Kegiatan yang kita lakukan sesuai dengan kegiatan santri pada
umumnya, bimbingan 2X sehari, tiap pagi hingga siang dan pada Sore hari.
Kemudian malam diisi dengan pengajian kitab serta belajar bersama. Semua itu
dilakukan Panitia agar peserta Pesantren Kilat mau serius dalam belajar dan
sukses dalam SNMPTN.
Semasa aku karantina di Pesantren Kilat, aku sudah mendaftar jalur
undangan terlebih dahulu serta menunggu hasil Ujian Nasional. Dan hasil Pengumuman
jalur SNMPTN Undangan diumumkan sekitar Pertengahan bulan Mei, aku mendapat
kabar dari Wakasis bahwa, aku tidak lolos dalam seleksi Nasional dan Lulus
dalam Ujian Nasional. Aku merasa sangat sedih dan semangatku mulai rapuh ketika
mendengar bahwa aku tidak masuk Seleksi jalur Undangan, tapi aku tetap merasa
senang karena aku Lulus dalam Ujian nasional. Aku sadar, ketika pendaftaran
jalur Undangan, dalam pemilihan Universitas dan Jurusan, sifat egoysku tinggi
sekali. Bagaimana tidak, aku memilih kampus Negeri yang Gradenya tinggi dengan
Jurusan yang Tinggi Pula. Memang berbagai pilihan sudah aku pertimbangkan,
konsultasi ke guru pembimbing juga sudah aku lakukan. Namun meskipun Guruku
sudah memberikan Opsi yang terbaik buatku, tapi aku kurang tertarik, maka aku
tetap kokoh pada pilihan dan pendirian awalku. Hingga akhirnya, aku tidak
berhasil masuk seleksi.
Semasa aku di pesantren kilat, aku juga mengikuti Tes Beasiswa santri
Departemen Agama rekomendasi dari Pondokku, namun lagi – lagi aku tidak
berhasil masuk. Aku juga sadar, harapanku untuk berhasil masuk seleksi ini
sangat minim. Tapi, Tes ini aku buat sebagai refrensi dan latihan untuk
persiapan mengikuti seleksi ujian tulis nasional serta pengalaman yang luar
biasa.
Berbagai usaha aku lakukan untuk
dapat menggapai apa yang ku inginkan yaitu dapat melanjutkan belajar ke jenjang
yang lebih tinggi. Kala itu aku sangat bermimpi bisa kuliah di Universitas
Indonesia. Mulai dari Jalur undangan aku sudah mendaftarkan diri untuk
mengikuti seleksi Nasional di kampus tersebut, namun tidak berhasil.
Dari Pesantren Kilat aku kembali bangkit dari kerapuhan karena harapan
untuk dapat kuliah mulai pupus. Aku sangat shock
ketika jalur undangan menyatakan bahwa aku tidak lolos seleksi. Namun,
semangatku ternyata masih menyala. Aku mengikuti seleksi Ujian Tulis SNMPTN,
tapi aku tidak lagi egoys dengan pilihanku. Kali ini Guru pembimbing yang
memilihkanku kampus serta Jurusan, dibantu dengan panitia Pesantren Kilat. Aku
tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi padaku, seandainya aku tidak
berhasil masuk Pesantren kilat kala itu. Persiapan apa yang akan aku gunakan
untuk melakukan ujian tulis, sementara kemampuanku terbatas serta sifat malasku
yang tidak terampuni. Tapi Alhamdulillah, Pesantren Kilat membekaliku dengan
ilmu – ilmu dan materi yang pernah ku kaji dengan teman – teman semasa disana, hingga
kami dapat mengerjakan soal – soal tes ujian dengan lancar. Dan semua ini juga
karena Ridlo Allah SWT.
Disisi lain, Jiwa orang tua dari panitia pesantren kilat juga sangat
tinggi. Mereka rela mengantarkan kami sampai selesai melaksanakan ujian tulis. Hal
itu yang membuat aku dan teman – teman lebih percaya diri. Mereka rela
meninggalkan kegiatan lainnya hanya untuk mengantarkan kami ke Lokasi Ujian.
Pengorbanan yang luar biasa dari Pihak panitia.
Ditengah – tengah masa penantian pengumuman hasil seleksi jalur tulis. Aku
mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi masuk UI atau biasa disebut SIMAK UI
yang pada dasarnaya tidak berbeasiswa. Hal ini aku lakukan karena aku benar –
benar ingin kuliah. Selain itu, aku juga tidak yaqin bisa masuk seleksi
Nasional ujian tulis, sehingga aku memberanikan diri untuk daftar masuk UI, meskipun
dari pihak keluarga secara ekonomi kurang mampu, namun aku selalu mendapatkan
motivasi dari guruku untuk tetap berusaha dan berdo’a. Hingga aku memutuskan
untuk bertekad mengikuti seleksi mandiri dengan menghiraukan segala kemungkinan
yang akan terjadi, sampai aku mendapatkan nomor Tes. Namun, Allah berkehendak
lain. 3 Hari sebelum aku Berangkat tes seleksi Masuk UI, ternyata aku diterima jalur ujian Tulis. Hal
yang sebelumnya tidak pernah ku bayangkan. Aku masuk di Universitas pilihan
Guruku, lebih tepatnya Universitas Jember Program Study Televisi dan Film. Aku
merasa sangat senang bercampur dengan perasaan Gundah. Disisi lain, aku ingin
kuliah di Universitas Impian, disisi lain aku juga sudah masuk di Salah satu Universitas
Negeri di Jawa Timur. Benar – benar diluar dugaan. Dari sini aku yaqin, apa
yang diRidloi orang tua, maka akan diRidloi oleh Allah Pula. Karena, setelah
aku mendapatkan informasi bahwa aku diterima di Universitas Jember, Orang Tuaku
merasa sangat senang, begitu pula ketika aku tidak diterima jalur undangan,
orang tuaku juga merasa sangat senang. Dan ternyata, orang Tuaku tidak mau jika
aku kuliah yang jauh dari Kota kelahiran. Dari sini aku benar – benar dapat
merasakan Ridlollahu fi Ridlol Walidaini.
Berbagai usaha aku lakukan untuk dapat melanjutkan belajar, hingga usaha
yang aku lakukan itu berada dipuncak kejenuhan, membuat aku semakin rapuh dan
bingung terhadap apa yang dapat aku lakukan untuk bisa melanjutkan belajar.
Tapi, alhamdulillah rencana Allah pasti lebih Indah dan Allah memberikan apa
yang kita butuhkan tapi belum tentu memberikan apa yang kita inginkan. Kalimat
itu yang mengiringiku ketika aku tidak diterima jalur Undangan. Dan benar
adanya, ketika aku diterima di Universitas Jember, aku sadar bahwa jurusan itu
yang benar – benar aku butuhkan dan itu memang rencana Allah yang benar – benar
indah untukku dan mendapatkan Ridlo dari orang Tuaku.
Saat ini aku sudah menjadi mahasiswa semester 2, sebuah mimpi yang
terrealisasikan. Aku sangat berharap kelak aku dapat menyelesaikan dengan masa
study 3,5 tahun dengan nilai IPK tertinggi dan predikat lulus Tercepat. Semua
mimpi dan cita – cita itu aku yakin dapat ku realisasikan sebagaimana mimpiku
untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Universitas Jember, tepatnya
Fakultas Sastra Program Study Televisi dan Film. Sebuah Jurusan yang tidak
pernah aku bayangkan sebelumnya, hanya saja aku pernah menulis di buku memory
Pesantren Kilat bahwa cita – citaku menjadi seorang Sutradara. Saat itu aku
menulis cita – cita itu tanpa adanya keinginan yang nyata, namun keluar dari
hati yang paling dalam. Dan ternyata cita – cita yang dulu ku tulis itu,
menjadi sebuah realita dan terbungkus dala wadah sebuah jurusan televisi dan
Film yang tidak jauh dari sisi Sutradara. Semua ini karena Ridlo Orang tua
sehingga Allah Juga meridloi apa yang aku lakukan.
Satu hal, Rencana Allah Pasti Lebih
Indah karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan tapi Allah belum tentu
memberikan apa yang kita inginkan.
Ku ucapkan Trimakasih kepada Orang Tuaku yang telah membimbingku sedari
kecil hingga detik ini, kepada seluruh Bapak Ibu Guru yang pernah mengajarkanku
pendidikan dan pengetahuan baik formal maupun non formal, kepada Pondok
Pesantren Roudlotul Muta’abbidin Payaman Lamongan, Pondok Pesantren
Ihya’ulummudin Dukun, Gresik, kepada Lembaga Mata Air Jakarta, kepada Gus Mus,
serta panitia – panitia Pesantren Kilat khususnya cabang Gresik, tak lupa teman
– temanku seperjuangan.